Sunday, August 26, 2007

Pilgrim for Life

[English]
Kita terus ngobrolin tentang tulis-menulis. Kita ngobrolin tentang blog kita masing-masing. “Tulisan loe waktu di Spanyol bagus-bagus. Kenapa? Apa karena suasana?”

Saya jadi tergelitik. Iya, kenapa ya? Jadi saya lihat kembali tulisan saya di blog itu. Saya jadi terbawa emosi. Mencuatkan kembali begitu banyak memori dan rasa.

Tulisan yang terindah adalah ketika kita menulis dengan hati. Dan kita tidak bisa menulis dengan hati kalau kita tidak merasakan kehadiran hati itu, ketika kita berjalan tanpanya pas di sisi kita. Karena itu tulisan saya dulu berbeda dengan yang sekarang.

Sekembali saya dari Spanyol, saya bilang ke seorang teman bahwa untuk merasakan ketenangan selama di Spanyol itu gampang. Tantangannya adalah untuk terus menjaga sensasi itu, suasana hati itu, di tengah kebisingan jakarta yang sibuk, dalam himpitan tenggat waktu pekerjaan, isu-isu keluarga dan teman, serta problema bangsa dan negara.

Saya pernah bilang baru-baru ini bahwa saya merasa kok tulisan saya sudah mulai kontemplatif lagi ya. Mungkin memang itu adalah tempat ‘pelarian’ saya. Tempat menenangkan diri saya. Pada saat jiwa sudah mulai terlalu lelah berjibaku dengan segala hal-hal gak penting dalam hidup. Ketika tanda-tanda untuk memfokuskan diri kembali sudah menguat.

Seperti yang kaukatakan. Mau jalan lewat manapun, pasti ada masalah. Mungkin masalah yang berbeda, tapi pasti ada masalah. Tantangan yang harus dilewati untuk menumbuhkembangkan jiwa kita. Gak ada gunanya bilang, “coba aku melakukan xx, pasti tidak akan yyy..”

Sudah saatnya (bagi saya) untuk kembali ke suasana itu lagi, saat saya merasa damai dengan diri saya, ketika jiwa dan hati begitu terhubung. Dan memfokuskan kembali diri ini untuk menapaki perjalanan pribadi saya sebagai seorang “pilgrim for life”.

Kali ini ada tantangan lebih. Kali ini, saya melakukannya di tengah kebisingan jakarta yang sibuk, di himpitan tenggat waktu pekerjaan serta isu-isu keluarga, teman serta masalah yang dihadapi negara tercinta ini.

Seperti yang dikatakan oleh guru yoga saya ketika mengakhir sesi latihan dengan savasana (corpse pose), “pada saat kita membuka mata dan mengakhiri latihan ini, cobalah untuk tetap menjaga savasana yang ada dalam diri kita.”

Saya menantikan saat saya merasakan apa yang diucapkan oleh guru saya yang lain: saat ketika kita tidak lagi mencari solusi bagi hidup kita, karena hidup ini sendiri adalah sebuah solusi.

No comments: