Sunday, April 29, 2007

Catatan: Mi'raj--langit pertama (oleh A. Chodjim)

Mi’raj sudah sering dibahas sebagai perjalanan Muhammad dari Yerusalem melintasi tujuh langit. Di masing-masing langit, Muhammad bertemu dengan nabi berbeda.

Jarang sekali mi’raj dimaknai secara esoterik, sebagai implementasi kehidupan bagi umat. Padahal mi’raj merupakan perjalanan manusia untuk menemui Tuhannya. Tujuh lapisan langit adalah tahapan yang harus kita lalui.

Di lapisan pertama ada Adam. Dalam bahasa Arab, Adam berarti tanah, dan mencerminkan kemelekatan kita terhadap dunia lahiriyah.

Untuk melewati tahap ini, kita harus menyadari betapa kemelekatan ini telah menghambat perjalanan kita sebagai manusia. Kita hendaknya tahu bahwa dunia ini merupakan sarana semata buat kita. Bahwa kebahagiaan bukan berasal dari luar diri, melainkan tumbuh dari dalam.

Semoga kita menyadarinya, sebelum kita menemui sakaratul maut. Dan semoga kita bisa terus melanjutkan perjalanan ke tahap selanjutnya.

Catatan lengkap dapat di-download di sini.

Terima apa yang bisa diterima, hargai perbedaan di antara kita. Masing-masing dengan kebutuhan dan tahap pertumbuhan jiwanya.

Saturday, April 28, 2007

Pertanda

[English]

Percaya gak dengan tanda-tanda dari alam? Saya percaya.

Ketika saya dalam perjalanan pulang semalam, saya mendengarkan bincang-bincang di radio. Topiknya "Waktunya untuk keluar dari pekerjaan sekarang." Topik yang sesuai dengan suasana hati saya sekarang. Jadi saya berpikir, hm.

Saya terus mendengarkan bincang-bincang itu. Di saat terakhir, pada sesi penutup, pembawa acara berkata, "tapi kalau kita setia sama perusahaan dalam kondisi (perusahaan) susah dan senang, kita akan mendapat nilai plus."

Hm. Hal-hal yang kita dapat kalau kita bertahan (untuk mendengarkan) hingga saat akhir.

Terima kasih ya teman-teman

[English]

Kemarin seorang teman (dan mentor) menanggapi tulisan saya sebelum ini. Dia bilang “Nikmati sebuah cangkir kopi yang hangat, pasang ipodmu sambil pandangi orang yang berlalu lalang di depanmu. Hidup ini begitu indah.” Terima kasih, Mbak.

Seorang teman lain yang sering menjadi ‘tong sampah’ saya bertanya, “Kapan terakhir kali loe duduk dan curhat ke teman loe?”. Pertanyaan yang bagus. Saya gak ingat tuh. Mungkin karena entah kenapa saya merasa bukan begitu (lagi) caranya buat saya.

Dia menyarankan, “kenapa gak ngopi bareng temen dan curhat?” Dia tampaknya tidak menyadari, di pikiran saya, itulah yang sedang saya lakukan dengannya.

Malam itu saya memutuskan untuk melakukan hal yang rasanya sudah lama sekali tidak saya lakukan. Janjian dengan-Mu jam 11 malam. Saya berdoa. Saya curhat. Sejenak saja. Ketika saya keluar ruangan, kucing saya menyelusup masuk dan tiduran di sajadah saya. Jadi saya duduk kembali. Dan saya bermeditasi. Kali ini, lebih dari sejenak.

Hari ini sudah masuk akhir pekan. Sekarang saya mau pergi lagi, untuk melakukan satu ritual lain yang juga sudah mulai terlupakan. Sarapan hari Sabtu di kedai kopi dekat rumah saya, bersama diri, buku-buku dan orang-orang tak dikenal yang berlalu lalang.

Terima kasih ya. Ke kalian semua.

Khusus buat Kamu: Saya tidak menyadari betapa kangennya saya dengan bincang-bincang kita. Harusnya saya datang ke diri-Mu lebih cepat ya. Jauh lebih cepat. Tiap detik dalam hidup ini. Maafkan. Tapi saya di sini sekarang. Moga-moga Kamu mengijinkan, membantu, saya untuk tetap ada di sini mulai sekarang.

Thursday, April 26, 2007

Lelah

Ingin rasanya aku berkata bijak. Ingin berucap kalimat kontemplatif. Ingin menceritakan suatu hal positif. Tapi ndak bisa. Lagi ndak bisa. Aku hanya merasa lelah.

Ada kala kita mulai berandai ada apa di depan nanti. Ada kala kita mencari pembelajaran di balik peristiwa. Ada kala kita menimbang, terus atau belok. Atau mulai bertanya kenapa, bagaimana. Kini adalah waktuku.

Aku tahu aku diberkati. Aku tahu aku beruntung. Aku tahu semua terjadi karena memang telah seharusnya, sesuai dengan kebutuhan. Hidup adalah perjalanan perbaikan diri. Namun apa yang kutahu kadang tak sama dengan yang kurasa.

Dan aku merasakannya hingga ke tulang sumsum. Aku benar-benar lelah. Tolong.

Saturday, April 21, 2007

Selamat Hari Kartini

[English]

Selamat Hari Kartini, semua. Kalau kita berada di Indonesia, gak mungkin hal ini terlewatkan. Nyalakan TV, lihat koran, tengok billboard, masuk sekolah, jalan ke mall, pasti kita lihat/dengar “untuk memperingati jasa-jasa Ibu Kartini..”.

Dengan segala rasa hormat kepada Anda dan Ibu Kartini sendiri, saya sering bertanya-tanya tentang dua hal: (1) Berapa banyak orang yang benar-benar tahu sejarah Ibu Kartini dan Hari Kartini, dan (2) Kenapa Ibu Kartini begitu istimewa. Kenapa ada Hari Kartini tetapi gak ada, misalnya, Hari Tjut Nyak Dien?

Mungkin seharunya saya gak terlalu memikirkan ini. Yang lebih penting adalah semangat untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan pengutamaan arus gender (istilah populer dalam pemberdayaan perempuan). Dan berikut impresi saya terhadap hari ini.

Tadi pagi saya ikut dalam seminar tentang waralaba untuk perempuan yang diselenggarakan oleh majalah Femina. Saya kagum dengan jumlah orang (atau perempuan) yang menghadiri acara ini. Banyak. Dan keliatannya pada semangat dan determinan semua.

Di sesi awal, ada dua orang pembicara (semua cowok btw): Amir Karamoy dan Rhenald Khasali. Pak Amir, menurutku, berbicara lebih lugas. Beliau konsisten dengan tema hari ini: waralaba, sementara Pak Rhenald, betapa pun menariknya beliau sebagai seorang pembicara, memaparkan hal yang lebih umum (dan lebih terkait dengan buku barunya).

Senang saya ketika pada saat sesi tanya jawab, kebanyakan pertanyaan diarahkan kepada Pak Amir. Peserta seminar benar-benar ingin tahu tentang waralaba. Tampak determinasi pada perempuan ini. Ada fokus dalam pikiran. Entah kenapa, timbul rasa bangga dalam hati saya.

Selain itu, hari ini Kompas juga mengangkat topik terkait dengan Hari Kartini. Koran ini menulis kisah seorang pengemudi becak perempuan, Ibu Aminah. Beliau sudah menggenjot becak selama lima tahun untuk menghidupi keluarga dan ke-10 anaknya. Sepuluh anak, hm. Ini topik tersendiri. Anyway, Ibu Aminah adalah sosok heroik nyata bagi saya.

Secara umum, kenyataan bahwa kita masih tetap merayakan Hari Kartini, secara tak langsung menyatakan bahwa masih ada sesuatu yang harus diperjuangkan. Seperti juga kenyataan bahwa ada kuota minimum buat perempuan di DPR. Atau ada Kementerian Negara untuk Pemberdayaan Perempuan. Atau poligami. Atau kekerasan rumah tangga. Atau suami yang tidak mau melakukan pekerjaan rumah tangga. Atau komentar orang "pasti karena ibunya" ketika ada anak yang bermasalah. Dst. Perjuangan masih jauh.

Selamat Hari Kartini, semua. Selamat Hari Kartika, han & fam ;)

Wednesday, April 18, 2007

Anand Krishna

Semalam saya bertemu dengan Anand Krishna.

Pernah gak berjabat tangan dengan seseorang dan rasanya langsung ingin menangis? Saya pernah. Atau paling sedikit, sekarang saya sudah pernah.

Sunday, April 15, 2007

Setahun bersama Rumi, untuk tanggal 15 April

Aku ingin tau, apa yang ditulis Rumi untuk tanggal 15 April di buku A Year with Rumi. Terjemahan bebas dari versi Bahasa Inggris-nya Coleman Bark. Halaman 127.

Tenggelam dalam kebingungan

Ada beragam wujud kepandaian
Sebagian dari dirimu tengah meniti angin kencang
Sementara bagian yang lebih sederhana
Mengambil langkah kecil dan mematuk-matuk lantai tempat berpijak.

Pengetahuan konvensional adalah kematian buat jiwa kita
Dan bahkan sebenarnya bukan milik kita. Pengetahuan ini sudah ditentukan, disiapkan.
Namun kita terus mengatakan kita menemukan ‘tempat berteduh’ dalam ‘keyakinan’ ini.

Kita hendaknya merasa haus, terus merasa kekurangan
terhadap apa yang telah diajarkan pada kita
Dan tenggelam dalam kebingungan

Jauhi apa-apa yang memberikan keuntungan maupun kenyamanan
Jangan percayai siapa pun yang memujimu
Berikan uang investasimu, serta bunga dari modalmu, kepada mereka yang kekurangan.

Lupakan rasa aman. Tinggallah di tempat yang menakutkanmu
Obrak-abrik reputasimu. Jadilah populer untuk hal-hal yang kurang mengenakkan.
Aku telah terlalu lama mencoba untuk berencana dengan penuh kehati-hatian.
Mulai sekarang. Aku akan menggila.

Weleh. Met ultah ye.

Friday, April 13, 2007

Mama Loren bilang..

"2012 Indonesia akan membaik, orang sudah mulai sadar dan memperbaiki diri."

...

"Tapi jumlah orang di Indonesia akan tinggal setengahnya. Ya sekitar 40% lah. 60% lainnya sudah hilang."

.nah lo.

Sunday, April 08, 2007

Nyangkut

[English]

"Hm, kayaknya ada yang salah. Cakarku kok gak bisa lepas ya. Ok, tenang, gak apa.."


"Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr, umph, umph, rrrrrrrrrr"


"Arrrrghghghghtthhgghg, miauw, miauw. **&*^%^(!!"


"Hmph. capekdueh. Yasud. Stay di sini aja kali ya. Heh! Ikannya mana? Laper neh."



[Model: Miauw]

Buku: Syech Siti Jenar - Achmad Chodjim

[English]

Akhirnya saya selesai membaca buku Syech Siti Jenar karangan Achmad Chodjim. Terima kasih kepada libur Jumat Agung dan Paskah. Tulisan saya di sini kebanyakan saya kutip dari bab renungan buku tersebut.

Pandangan Syech Siti Jenar merupakan pandangan sufistik yang diramu dengan kehidupan mistis Jawa. Tekanan bukan pada materi, tapi pada Cinta dalam bentuk manunggaling kawula kawan Gusti, tauhid al wujud, menyatunya hamba dan Tuhan.

Beliau berpendapat bahwa agama akan indah bila sesuai dengan hukum Tuhan di alam. Yaitu eksistensi yang penuh ragam. Biarkan agama ini tumbuh sesaui dengan tempat tumbuhnya, sesuai dengan ekosistemnya. Dalam hal ini, tanah Jawa.

Alquran, menurutnya, harus dipahami betul-betul substansinya, bukan cuma dibaca dan dimengerti terjemahannya. Bukan hal yang mudah. Karena itu, pemilihan guru (kehidupan) sangat penting.

Guru harus merupakan wujud konkret Alquran, yang mampu memberikan petunjuk. Seseorang yang mengerti hukum, pandai dan bermutu ibadahnya.

Mengerti hukum berarti memahami aturan hidup bermasyarakat dan bernegara. Paham tentang etika hidup. Budi pekerti luhur setempat.

Ibadat bermutu karena pengabdiannya dalam kehidupan yang tanpa pamrih. Ketulusan hidupnya terpancar dalam hidup kesehariannya. Seperti halnya ajaran Rasullullah, tujuannya adalah akhlak yang mulia, caranya dengan melatih kedisiplinan hidup yang disebut syariah.

Guru sebaiknya ahli tapa. Jangan dibayangkan orang yang mengasingkan diri di gunung-gunung. Ahli tapa di sini adalah orang yang mampu menahan diri dari berbagai godaan dunia, baik di tengah keramaian maupun di tempat yang sepi. Orang yang terasah pikirannya dan telah terbukti mampu menghadapi tantangan hidup.
.
Dalam wujud lahir, Siti Jenar menekankan pada bangkitnya kepribadian. Sehingga hidup tidak hanya tampak hidup. Tetapi betul-betul hidup yang memiliki hak, kemandirian dan kodrat. Hidup adalah sebuah eksistensi, yang tidak menguasai maupun dikuasai orang lain.

Dalam sekali menurut saya buku ini. Rasanya saya butuh lebih banyak waktu untuk merenungkan dan mengayak maknanya. Apalagi menerapkannya. Moga-moga bermanfaat.

April dan Spanyol

[English]

April selalu mengingatkan saya akan Spanyol. Bulan April merupakan waktu terbaik untuk mengunjungi Sevilla, dimana salah satu perayaan paskah paling agung dan paling tradisional digelar.

Di bulan April Sevilla juga mengadakan Feria de Abril, pesta rakyat tradisional seminggu penuh yang penuh keriaan, saat bisa dikatakan tidak ada orang yang tidur di Sevilla pada minggu itu. (Padahal hari libur juga gak lho. Jadi orang-orang itu ya pesta aja pada malam hari dan kerja seperti biasa di siang harinya, selama seminggu.)

April juga merupakan saat saya pindah ke Barcelona, untuk episode tersendiri dalam hidup. Di sana, saya dikaruniai kesempatan untuk tinggal bersama keluarga seorang pelukis perempuan dengan semangat luar biasa.

Saya ingin berterima kasih (untuk kesekian kalinya) kepada Spanyol untuk salah satu kenangan terindah dalam hidup saya. Benar-benar kado ulang tahun paling berkesan yang Tuhan pernah berikan padaku.

Mungkin tidak akan ada yang pernah tahu atau terbayang betapa pengalaman saya di sana telah membantu saya bertumbuh menjadi saya sekarang.

Ini saya taruh link ke posting saya kurang lebih setahun lalu. Dalam Bahasa Inggris. Dan dalam Bahasa Spanyol.

Os quiero, y recuerdo. Siempre.

Saturday, April 07, 2007

Siapa orang-orang yang paling kita kagumi?

[English]

Saya denger ini di Trijaya, Kamis sore. Lagi ada talkshow-nya Mas Arfan siapa gitu (lupa nama lengkapnya, di webnya trijaya kok juga gak ada ya). Dia sedang membicarakan "menjadi diri sendiri".

Satu pertanyaan yang menarik darinya adalah: siapa idola kita? Siapa tiga orang yang paling kita kagumi? Dan kenapa? Jawaban terhadap pertanyaan siapa dan kenapa itu mencerminkan nilai penting dalam diri kita. Hm, menarik.

Jadi saya mulai menanyakan itu ke diri saya. Tiga orang. Yang terpikir orang-orang dekat dengan saya.

Almarhum bapak saya. Visi jangka panjang. Kritis. Sederhana. Rendah hati. Lugas. Gak basa-basi. Kebebasan yang diberikan kepada anaknya untuk bertumbuh.

Ibu saya. Sederhana. Sabar tiada batas. Pasrah. Rela untuk berada di belakang suami dan anak-anaknya tanpa pernah timbul.

Bude saya. Ceria dan positif dalam keadaan apa pun. Pinter banget kalau cerita, penuh semangat dan ekspresif.

Ekstra boleh gak. Kakak saya. Tegar abis. Cara mengasuh anak yang rrruarrrrr biasa.

Saya juga mengagumi beberapa figur politik/sosial, seperti Bill Clinton karena karisma dan teknik berkomunikasi yang simpatik, Bunda Teresa karena pengorbanan tanpa pamrihnya, dan Johny Depp karena (gantengnya dan) keberanian dan keberhasilannya ketika memutuskan untuk hanya mau main film yang dia suka, dan tinggal jauh dari hidup gemerlap.

Otak saya berputar terus. Gus Dur karena nyelenehnya yang pinter. Arwin Rasyid karena gaya kepemimpinan yang tegas, unik dan rendah hati. Janet Jackson karena six pack-nya (Iri atau kagum nih?) Kok jadi banyak sih?

Kemudian, emang kayak apa sih diri sendiri itu? Yang sekarang kita lakoni itu diri sendiri bukan? Apa enaknya atau untungnya jadi diri sendiri? Ruginya? Gimana caranya menjadi diri sendiri?

Ah, masih banyak pertanyaan yang timbul dalam benak saya. Seperti biasa. (bagian dari menjadi diri saya sendiri?)

Friday, April 06, 2007

Hee Ah Lee, pemain piano berjari empat

[English]

Minggu lalu, Jakarta diberi 'anugerah' dengan kedatangan Hee Ah Lee. Dia menggelar konser tunggal yang tiketnya terjual habis. Saya tidak akan bercerita banyak dan mempersilahkan Anda untuk menonton video di bawah ini. Hasil bidikan Sammania.



Upaya, keuletan, keberanian dan cinta yang ditelah dituangkan untuk mencapai keberhasilan ini. Luar biasa.

Kajian: Meneladani Muhammad

[English]

Walau sedikit telat, saya akan menulis pemahaman saya tentang kajian yang saya hadiri seminggu lalu, berkenaan dengan Maulud Nabi, tentang Muhammad SAW sebagai teladan kita. Kajian dengan guru Bapak Achmad Chodjim.

Setiap orang yang terus menginginkan pertemuan dengan Tuhan selamanya (hingga hari akhir) dan senantiasa banyak mengingat Allah dapat menjadikan Nabi sebagai teladan. (QS 33:21).

QS 7:157 menyebutkan bahwa Muhammad disertai “cahaya”, atau tepatnya cahaya spiritual. Walau secara fisik, Nabi telah tidak ada, tetapi cahaya yang turun kepada beliau tetap ada. Cahaya itu yang bisa menyingkap kegelapan di dalam diri kita. Cahaya itu yang harus kita cari, kita teladani.

Muhammad Al Ghazali membagi keteladanan ini menjadi tiga tingkat. Ada yang meneladani Nabi dalam bentuk lahiriah tanpa memahami konteks dan sejarah di belakangnya. Ada yang memahami karena belajar dari orang yang telah paham lebih dulu. Ada yang memahami melalui pencarian dan perenungan sendiri.

Dalam kajian ini, Pak Chodjim lebih mengambil yang ketiga. Segala daya upaya Nabi untuk mendapatkan cahaya tersebut, itulah yang harus kita teladani dari Beliau.

Apabila kita dapat dan telah mengikuti teladan itu, kita yakin akan keberadaan cahaya Allah, maka kita akan “terbuka” dengan sendirinya.

Semakin mendapat cahaya, semakin tertuntunlah orang tersebut, semakin beradab, dan kepentingan hawa nafsu pun dapat disisihkan. Kita tidak lagi mengandalkan informasi dari orang ke orang; Cukup hanya dengan melakukan refleksi sendiri.

Tidak dapat diprovokasi lagi, tidak dapat dikendalikan dalil untuk kepentingan diri sendiri, seperti ada orang yang menggunakan dalil poligami sebagai justifikasi.

Catatan lengkap dapat di-download di sini.

Terima apa yang bisa diterima, hargai perbedaan di antara kita. Masing-masing dengan kebutuhan dan tahap pertumbuhan jiwanya.

Selamat paskah ya semua..

[English]

Damai dan kasih di dunia. Dan di dalam diri.

Beberapa foto dari salah satu perayaan paskah terindah di dunia: Semana Santa, Sevilla, Spanyol.





Sabar

[English]

Kayaknya kesabaran adalah hal yang harus saya pelajari minggu ini (atau dalam hidup ini?).

Udah beberapa bulan ini saya merasa sangat tidak sabar. Saya pikir saya bosan. Tapi mungkin kebosanan hanyalah sekedar gejala. Masalah utama terletak pada kesabaran (atau ketidakadaan kesabaran)

Saya baru ngeh tentang ini ketika saya lagi ngomel/curhat ke teman saya. Di akhir obrolan kita (tentang topik satu ini) dia cuma bilang: "(dijalanin aja) satu-satu. Kita gak akan tau. You will never know." Saya langsung berhenti ngomel menit itu juga (bukan detik, beberapa detik kemudian mungkin masih ada ekses omelan saya..)

Saya tau dia bener. Jalan itu sudah disiapin. Kita tuh tinggal njalanin aja. (iya gus, gitu aja kok repot)

'Kebetulan', saya terima sms dari teman saya yang lain tentang satu pengajian yang sudah sekitar dua tahun tidak saya ikuti. Entah kenapa pas saat itu, dia keinget untuk sms saya lagi. Pengajian ini juga 'pas' jadi topik lain dalam obrolan dengan teman saya yang tadi nyuruh saya sabar.

Saya datang ke pengajian itu karena 'pas' saya sebelumnya ada acara di sekitar situ. Tau gak topiknya apa: kesabaran. Satu dari sedikit hal yang harus kita minta ke Tuhan, melalui doa dan perbuatan baik.

Tuhan, katanya, bersama orang yang sabar. Terus guru itu bertanya, sabar itu ada batasnya? Dia kemudian menjawab: ada, ketika Tuhan tidak lagi bersama kita. Jadi ketika kita lagi marah, kehilangan kesabaran, tau donk kita lagi bersama siapa, atau tidak bersama siapa.

Dia juga mengatakan bahwa sabar itu perlu ilmu. Kayak menanak nasi aja. Kalau kita tahu butuh waktu 15-20 menit untuk menanak nasi, maka selama 15-20 menit itu pun kita akan bersabar. Menarik ya.

Tuh. Saya udah dikasih tahu harus ngapain dan bagaimana caranya.

Kesabaran benar-benar merupakan pelajaran untuk minggu ini (atau untuk kehidupan ini?) buat saya. Kesabaran, konsistensi dan stamina. Dengan ridha, lindungan dan tuntunan dariMu. Jalan sudah disiapkan kok. Saya tinggal menjalaninya aja.

-Khan udah bilang, satu hari saya akan menulis tentang dirimu.-

Tuesday, April 03, 2007

Gak boleh kecepetan menilai orang..

Tadi siang saya habis makan gado-gado di gang deket kantor saya. Keluar gang, ngelewatin sebuah gerobak rokok. Ada ibu-ibu yang lagi ngobrol di telepon (hp).

Dari jauh saya sudah tertarik dengan sosoknya. Ibu-ibu itu siang hari bolong, di pinggir jalan raya, pake daster kaos kutung warna hijau terang dengan bunga-bunga merah, rambut keriting belum disisir, sambil ngerokok dan telepon, berdiri milih-milih barang di gerobak rokok itu.

Kebayang? Nah. Waktu saya melewati dia, saya bisa mendengar sedikit apa yang dia katakan. Dan dia berkata kepada teman teleponnya, "Terus dia mau masuk ke pasar indonesia dengan 1,3 persen, gua pikir khan gila itu.."

Wah. Saya sampe nengok ke ibu itu dengan tampang kaget. Untung si Ibu sibuk dengan teleponnya.

Makanya, gak boleh tuh terlalu cepat menilai orang.

Menampilkan: saya

Saya tadi siang ngobrol sebentar dengan seorang teman. Dia bilang, dia agak ragu untuk menaruh link personal blog dia di blog perusahaannya. Terlalu personal, katanya.

Saya pernah membaca blog beliau. Saya sangat mengerti kenapa ia merasa blognya sangat pribadi. Bahkan, kalau saya boleh bilang, blognya begitu mencerminkan kepribadian yang indah. Dari seorang ibu ke anak. Ketika saya membaca, saya merasa terharu, saya bisa merasakan emosi yang tertuang di situ. Penuh cinta.

Saya dulu juga pernah ragu untuk masuk ke dunia perblogan. Saya juga menggunakan alasan yang sama, walau dalam kasus saya ini benar-benar alasan saja. Perasaan saya adalah sesuatu yang terlalu pribadi.

Kalau boleh jujur, ini bukan hanya tentang pribadi. Lebih ke ketidakmampuan (atau ketidakmauan) saya untuk berbagi perasaan, pikiran saya yang terdalam. Lebih ke ego saya, atau ilusi sebuah ego yang sudah saya bangun begitu lama untuk menunjukkan seorang saya yang tegar.

Menulis blog yang bersifat pribadi seperti ini seperti menunjukkan apa yang ada dalam diri saya kepada seluruh dunia. Menempatkan saya di posisi yang terasa begitu rapuh.

Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa saya akan menyakiti hati seseorang. Saya cukup tahu bagaimana diri saya: saya bukan orang yang paling diplomatis di dunia. Dan saya tidak mau menciptakan (lebih banyak lagi) konflik dalam hidup ini.

Namun akhirnya, saya memutuskan untuk melakukannya. Menulis blog. Saya memanfaatkan blog untuk berbagi buah pikiran saya. Sebagai tempat latihan mengasah kemampuan menulis. Lebih penting lagi, menggunakannya sebagai tempat berlatih menulis buah pikiran saya tanpa menyakiti orang lian, melihat sesuatu dari perspektif lain, dari sudut pandang yang lebih positif.

Dan yang terpenting, menggunakannya untuk menampilkan diri saya secara spontan dan jujur. Menampilkan: saya. aku. gua. gue. kulo. I. me. yo.

Dan saya ingin mengatakan kepada teman saya yang ragu untuk mencantumkan blognya: bahwa apa yang dia bagikan dalam blog itu indah sekali. Saya jarang sekali merasa begitu terharu, terenyuh apabila membaca suatu blog. Tolong jangan berhenti berbagi. Dan yang pasti, jangan pernah ragu.

Relakan

Kejadian ini sebenarnya telah berlangsung lebih dari 10 tahun yang lalu.

Saya sedang umroh dengan keluarga saya. Kami baru saja turun dari taksi, ketika saya menyadari kalau jaket saya ketinggalan di taksi. Panik. Bapak saya memegang tangan saya, kemudian dia bilang: "Relakan.".

Mungkin karena umur, mungkin juga karena bawaan, saya tetap panik. Bapak saya sekali lagi memegang tangan saya, menatap saya dalam-dalam dan mengulang apa yang telah dia katakan: "Relakan." Mendadak saya terdiam, menjadi tenang. Dan berhenti berusaha.

Sampai sekarang, kalau saya 'kehilangan' sesuatu atau seseorang, atau merasa terlalu berpegang erat pada sesuatu atau seseorang, saya mengatakan kepada diri saya, "Lepaskan. Relakan. Let it go."

Love you, pop.

Monday, April 02, 2007

Gua bangettt

Tadi saya pulang telat. Jam 7 dari kantor. Sempet gak ya ngejar kelas yoga jam 8? Sempat kali ya. Ternyata jalan sedang tidak bersahabat. Macet banget.

Saya pikir, "kalau sampe di rumah jam 7.45, saya akan ke yoga. Kalau lewat, ya sudah lah."

Kendaraan berjalan sangat lambat. Saya terus melirik jam. "Ok lah, jam 7.50 juga masih bisa."

Lambat sekali gerak kendaraan. Ah, whatever. Jam berapa pun, saya akan tetap yoga.

Ampun deh. "Loe bangettt, va", kalau kata teman saya.

Saya akhirnya sampai rumah jam 7.55. Buru-buru saya berganti baju, dan langsung pergi ke gym.

Hanya untuk mendapati bahwa guru saya yang biasanya mengajar tidak datang, yang ngajar 'hanya' guru pengganti. :(

Lucu banget. Becanda abis. Seluruh hari sudah seperti itu.

Kesal, saya ngambek, entah kepada siapa. Udah ah, gak mau yoga. Gak mood. Saya mau treadmill aja. Atau ngopi kayaknya enak.

Baru saya memasukkan mat yoga saya dalam lemari, guru yoga yang lain melintas sambil ngomong, kok gak masuk?

Langsung luluh lho, dan saya bilang ini baru mau masuk. Akhirnya masuk lah saya ke kelas yoga itu. Dasar. Sekali lagi saya mendengar teman saya, "Loe bangettt, va."

Ternyata kelas berlangsung lebih lama dari biasa. Dan sesi relaksasinya pun cukup menyenangkan (atau tepatnya, menenangkan).

Penutup yang baik untuk hari yang lucu banget.

Belated happy April fool's day.

Sunday, April 01, 2007

Pak Mus - 2

Salah satu tempat 'hang out' favorit kami selama di Aceh. Mesjid Raya Banda Aceh yang demikian agung dan--entah kenapa--mendamaikan.

Pak Mus

Seorang teman baik baru saja meninggalkan dunia. Bapak Mustafa Alatas. Beliau juga ayah dari seorang teman baik lain.

Pak Mus dan saya bekerja bareng selama kurang lebih sebulan di Aceh dua tahun lalu. Orangnya baik sekali. Tidak pernah suaranya meninggi meskipun dalam situasi paling stres sekalipun.

Selalu memikirkan orang lain dalam tim. Semua orang dalam tim memanggil dia "Opa". Dan kayaknya tidak ada satu helai kesombongan pun dalam dirinya. Dia adalah seorang guru yang baik buat saya.

Beberapa hari lalu, di suatu hari cerah, Pak Mus menghadiri pemakaman teman di Bogor. Dia merasa lelah. Dia mampir untuk istirahat sebentar di rumah saudaranya di Bogor. Dadanya terasa sakit, dan dia pun menghembuskan napasnya yang terakhir.

Saya berkunjung ke rumah Pak Mus malam harinya, begitu saya mendengar kabar. Istri Pak Mus menyambut saya, dengan senyuman. Ibu bilang terima kasih sudah datang, maafkan kalau ada kesalahan ya.

Beliau pun bercerita kepada orang-orang yang hadir di sana tentang apa yang terjadi. Ibu Mus tampak begitu tabah. Dia seperti sudah menerima dan memutuskan untuk terus hidup. Jarang sekali saya bertemu dengan orang atau keluarga yang demikian tabah. Dan baik hati.

Tampaknya, Pak Mus tetap merupakan guru yang baik, sekalipun beliau sudah meninggal dunia.

Selamat jalan ya Pak. Merupakan suatu kehormatan bagi saya sudah memiliki Bapak sebagai teman. Suatu hari saya akan menyusul dan mungkin kita bisa bercakap lagi nanti.

Gambar: Langit Aceh.