Tuesday, September 25, 2007

Anak hilang

Kemarin malam keluarga saya pergi makan malam bareng, merayakan ulang tahun ponakan saya.

Ketika kami berjalan keluar restoran, tiba-tiba ada seorang anak yang mungkin berusia sekitar empat tahun, ikutan dalam rombongan kami. Kakak-kakak saya bertanya ke anak itu, papa mamanya mana? Si anak gak menjawab dan kami tidak melihat ada orang dewasa lain di sekitar kami.

Jadi keluarga saya berhenti berjalan. Satu abang saya balik masuk ke restoran, mencoba untuk mencari keluarga si anak. Dia tidak kembali sampai dia menemukan keluarga itu, sementara yang lainnya menunggu bareng si anak di depan.

Si anak sudah kembali bersama keluarganya. Kami pun berjalan pulang.

Selamat ulang tahun, ji. Kamu punya keluarga yang baik.

Tuesday, September 11, 2007

Gimana caranya bilang dirimu orang baik-baik?

[English]
Itu pertanyaan seorang teman. Untuk percakapan ini, mari kita bilang A dan B. Kedua teman saya ini dulunya juga berteman, tapi sekarang tidak. Perpisahan berlangsung panas. (untuk sopannya).

Pada dasarnya, menurut A, B adalah ular, dan rasanya pikiran itu berlaku dua arah. Mungkin hewan yang berbeda, tapi setara. Jadi teman A mengatakan ke saya, “Gimana caranya loe bilang diri loe orang baek-baek kalau loe temenan sama dia?”

Pertanyaan yang bagus. Well, pertama-tama, saya tidak pernah mengatakan diri saya orang baek-baek. Kedua, apakah saya salah kalau berteman dengan orang yang dianggap binatang melata oleh orang(-orang) lain?

Saya kemudian mendiskusikan ini dengan ular itu sendiri. Maksud saya, B, tanpa menyebut A. Saya bilang, “mungkin karena gua yakin loe gak akan bisa melukai gua.”

B bilang, “Gak bisa. Loe gak boleh bilang gitu. Itu sombong namanya. Loe harusnya bilang karena loe gak punya niat jelek ke gua.”

Dia benar. Saya memang tidak memiliki niat jelek padanya, dan karena itu, insya Allah, akan aman-aman saja bagi saya untuk bermain dengan sang ular. Bahkan ular pun memiliki mutiara kebijakannya sendiri.

SMS

[English]
Saya menerima sebuah sms hari ini. Sepupu saya, anaknya meninggal dalam kandungan.

Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. Saya ingin teman saya pernah bertanya pada saya, apa cobaan yang paling saya takuti, dan saya bilang, “untuk melihat anak saya meninggal sebelum saya.”

Saya tidak tau kenapa saya mengatakan itu. Saya sendiri belum memiliki anak. Saya hanya bisa membayangkan. Sebenarnya, mungkin saya tidak akan bisa membayangkan sampai saya benar punya anak. Semoga saya tidak pernah harus membayangkannya. Moga-moga tidak akan pernah.

.baek-baek.

Monday, September 10, 2007

Sunday, September 09, 2007

Catatan: Mutiara kerukunan (Pak Arif Rachman)

[English]
Catan ini saya buat ketika Pak Arif memberikan ceramah berkenaan dengan peringatan 1000 harinya ibu mertua kakak saya.

Pak Arif membuka ceramahnya dengan mengatakan kata pengantar biasa “Assalamu alaikum wr wb. Shawalat dan salam.. “ dan dilanjutkan dengan kata “doa dan keselamatan semoga tercurah kepada kita semua, terutama kepada sahibul bait (pemilik rumah) dan para guru kita.”

Al Qur’an mengatakan dalam salah satu ayatnya. “Berpuasalah engkau … agar kamu menjadi orang yang bertakwa.” Takwa inilah ujung dan muara kita.

Karena itu kita diberikan petunjuk, sebuah kunci surga berupa Al Qur’an, dengan ayat pertama yang turun memerintahkan kita untuk membaca (iqra). Membaca tidak sekedar membaca, tetapi memahami, yang maknanya lebih luas dan mencakup: dikerjakan, dijadikan bagian dari pribadi kita dan alat bagi kita untuk hidup bersama penuh kerukunan.

Kerukunan ini harus diupayakan dan tidak hadir begitu saja. Ada lima mutiara kerukunan, lima mutiara dalam hidup:
(1) Hendaknya kita dalam mengerjakan sesuatu, selalu mengingat Allah, dzikrullah.
(2) Beramal dengan ikhlas. Pak Arif mengatakan bahwa apabila kita ingin belajar tentang ikhlas, maka kita dapat berguru pada ibunda kita masing-masing (*terharu*).
(3) Shalat. Dalam shalat kita diingatkan “sadar donk.. tujuan hidupmu itu apa”, dalam kata-kata “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua hanya karena Tuhan seru sekalian alam.”
(4) Sabar. Sabar yang benarSabar yang diiringi oleh ketaatan kepada Allah, banyak beramal, dan bersujud taubat di ujung malam.
(5) Syukur. Pak Arif bilang, orang sekarang lebih pintar mengeluuuuuuuuuuuuuuuuuuuh terus. Kok ya gak berhenti-henti mengeluh. Padahal keluhan kita ini akan menutup diri dari sesuatu yang hendak Dia buka. Biasakan mengucap alhamdulillah.

Catatan lengkap dapat di-download di sini.

Moga-moga bermanfaat.

Kajian: Puasa (Oleh Bapak Memed)

[English]
Kajian ini membahas dasar hukum puasa, yaitu QS Al Baqarah (2):183-188, dan tujuan puasa. Dikatakan bahwa ada tiga tujuan puasa:

Pertama: menaikkan peringkat manusia, peringkat orang-orang mukmin, menjadi orang yang bertakwa yang senantiasa memelihara diri, mendekatkan diri kepada Allah, merasa takut kepada Allah, merasa diri selalu dilihat oleh Allah.

Kedua: syakirin – bersyukur. Menyadari apa yang kita terima selama ini, menerima apa yang ada pada kita, merawatnya dan memanfaatkannya.

Ketiga: rasyidin – orang yang hidupnya bersih.

Ayat-ayat ini, terutama yang menekankan untuk memberikan fidyah, juga menekankan nilai sosial dalam puasa. Agar kita kita melupakan nasib kaum yang lebih kurang beruntung ketimbang kita.

Jangan sampai kita meninggalkan/menciptakan begerasi yang lemah, baik secara fisik maupun mental – perlu ada perbaikan gizi dan pendidikan. Kalau bukan kita yang mengubahnya, siapa lagi?

Di akhir puasa, ujian sebenarnya adalah dengan menilik cara hidup kita masing-masing setelah Ramadhan, lihat cara kita berbicara, lihat cara kita bersikap, dan lihat cara kita memanfaatkan harta. Apakah kita masih menyukai hal-hal yang haram atau tidak.

Selamat menjalankan ibadah puasa. Maaf atas segala kesalahan saya. Semoga kita dapat meningkatkan jiwa kita ke tingkat takwa dan tidak sekedar merasa haus dan lapar semata.

Catatan lengkap dapat di-download di sini.

Friday, September 07, 2007

Pesan minggu ini: Doa

[English]
Pesan-pesan ini kadang terasa semakin lama semakin halus.

Minggu ini merupakan minggu yang sibuk buat saya. Dua hari lalu, seorang pengunjung blog saya yang lama meninggalkan sebuah pesan. Entah kenapa dia menyarankan saya untuk berdoa, karena dia bilang doa memiliki kekuatan luar biasa.

Kemarin, saya baru sadar kalau SIM saya tidak ada di tempat biasa. Saya terus berpikir tetapi tidak bisa mengingat dimana saya menaruhnya. Saya punya kebiasaan gak bawa tas dan menitipkan kartu pengenal saya di tas siapa pun yang waktu itu pergi dengan saya.

Pagi ini, dalam perjalanan saya ke kantor, saya meminta kepada ‘Dia’ untuk membiarkan/membolehkan/membantu saya untuk mengingat. (Rasanya) Tiba-tiba saya teringat kakak saya.

Kemudian saya berpikir kapan terakhir kali saya pergi dengan kakak saya tanpa membawa tas. Owh, malam itu, di kota asal kami. Sekarang, dimana ya tepatnya saya taruh SIM itu? Hm, di kantong kamera.

‘Kebetulan’ saya membawa kantong kamera itu (bersama kameranya..). Saya keluarkan kantong kamera dari tas saya dan membukanya. Dan di situlah dia. SIM saya.

Berasa, seakan ‘Dia’ menyapa,”… tinggal nanya sebenarnya..”

Macet

[English]
Hari ini jalan lebih macet dari biasa. Waktu tempuh yang biasanya tiga per empat jam, malam ini menjadi tiga hingga empat jam. Hujan.

Saya langsung berpikir tentang Sutiyoso dan rencananya untuk membuat bus way di jalan tempat saya sempat termangu-mangu karena gak bisa kemana-mana ini, menjadikan jalan yang tadinya dua lajur (satu arah) menjadi satu lajur.

Namun kemacetan lalu lintas selalu menjadi tempat berlatih saya yang baik. Membuat saya sadar naik turunnya ke(tidak)sabaran saya. Termasuk malam ini.

Saya dapat mendengar orang-orang mengklakson dengan emosional. Semua tampak lelah. Ingin pulang tapi tidak tidak tau bagaimana cara mencapainya (lebih cepat).

Saya melihat pasangan muda dengan anaknya naik motor, sharing satu poncho hujan berwarna hijau. Saya jadi membayangkan orang-orang yang bisa bernaung dari hujan pun tidak bisa.

Saya melihat seorang anak lain di pompa bensin bermain dengan gembiranya dengan sang bunda, mungkin merasa bahagia mendapatkan rehat lima menit setelah berkendara begitu lama.

Saya melihat tukang nasi goreng yang bertambah laris.

Dan saya melihat rumah saya. Dengan kebahagiaan yang melebihi sehari-harinya.

Malam ini juga merupakan salah satu saat-saat, dimana saya berpikir, hm, kamar mandi ok juga nih.