Monday, August 13, 2007

Persona: Pak Broto dan Pak Pujo

[English]
Akhir pekan lalu saya ke Solo, pulang kampung bersama ibu dan kakak-kakak saya. Salah satu tujuan kakak saya adalah hunting barang antik untuk rumahnya. Dia mendapat referensi satu orang ini, namanya Pak Brotoseno.

Sesampai di rumah beliau, ternyata beliau sudah tidak bergerak di bidang barang antik, tapi lebih ke produksi barang-barang dari kayu. Dari gayanya sudah tampak, beliau mencintai pekerjaannya. Dan hanya mengerjakan hal yang ingin ia kerjakan. Indahnya.

Saya berjalan ke lantai atas rumahnya. Saya bertanya ini ruang apa. Ternyata beliau mengajar meditasi tiap malam. Wah!

Tanpa berpikir lama saya katakan bahwa saya akan kembali malam itu. Dan saya datang. Kami (saya, kakak saya, pak broto dan bapaknya, pak pujo) berbincang. Topik malam ini adalh dasar-dasar meditasi.Pak Pujo yang memimpin.

Kami diajarkan dan mempraktekkan beberapa teknik meditasi. Katanya seorang meditator harus bisa melewati lima hal: keserakahan, kemarahan, kemalasan, keragu-raguan dan ketakutan.

Yang menarik adalah keserakahan. Karena serakah yang fisik sudah kita kenal. Tetapi banyak serakah yang lebih halus yang suka terlewat dari radar kita. Ketika kita bahagia, kita tidak mau hal itu berakhir. Itu sudah keserakahan.

Ketika kita merasa tenang, kita tidak ingin ketenangan itu berakhir. Itu merupakan keserakahan tersendiri. Weleh.

Satu paradoks yang ia utarakan adalah: untuk merasakan ketenangan yang sebenarnya, kita harus menghilangkan keinginan untuk tenang. Satu hal yang patut saya renungi sebelum saya bisa mulai memahaminya.

Baik Pak Broto maupun Pak Pujo tidak menarik biaya atas sesi yang mereka adakan tiap malam. Bahkan mereka menyediakan makan dan minum sekedarnya. Katanya "Saya dulu gak bayar untuk dapat pembelajaran ini semua. Jadi saya anggap apa yang saya lakukan adalah pemberian saya kembali." Sederhana dan sama sekali tidak ada jumawanya.

Jam sembilan, beliau menengok ke saya bilang, "saya rasa cukup sekian?". Dan sesi pun berakhir. Ketika saya pamit pulang, Pak Pujo lagi 'ngejongrok' di depan TV, menunggui program TV yang ingin ia tonton. Kepolosan yang luar biasa.

Sederhana dalam bersikap dan bertutur, tetapi kebijakan dan ketulusan tetap terpancar dari dirinya. Saya datang ke tempatnya untuk mencari barang antik, yang saya dapatkan adalah seorang guru baru. Terima kasih.

ps: Dia mengingatkan aku ke dirimu, pa. Sampai ke gerak tubuhnya. Tapi yang pasti keterus-terangannya, kesederhanaannya, kerendahan hatinya, dan kebijakannya.

No comments: