Friday, February 22, 2008

Jalan-jalan ke Bromo

[English]
Sudah lama saya tidak bepergian untuk sekedar berjalan-jalan. Biasanya kalau saya bepergian itu untuk pekerjaan, belajar atau keluarga. Jadi saya tidak tahu apa yang membuat saya mengiyakan ajakan untuk pergi ke Bromo minggu lalu.

Kami berempat. Mantan teman sekerja. Hm, kurang tepat sebenarnya. Saya hanya bekerja dengan salah satu dari mereka. Dua yang lain masuk ke kantor itu ketika saya sudah keluar. Namun saya entah kenapa sama sekali tidak ragu untuk menyambut undangan gabung jalan-jalan. Dan untung saya mengiyakannya.

Jalan-jalannya sangat menyenangkan. Walau cuaca kurang mendukung tetapi kami tetap senang. Kami menyambangi beberapa tempat di sekitar Jawa Timur, makan berbagai hidangan dan kudapan dalam jumlah yang, um, lebih dari cukup, dan praktis ketawa-ketiwi sepanjang perjalanan. Ngobrol ngalur ngidul. Menyenangkan sekali.

Saya ingat guru saya pernah berkata bahwa kita hendaknya tidak bepergian untuk melarikan diri dari masalah dan mencari kedamaian. Karena kedamaian itu berada di dalam.

Hadirkan damai dalam diri. Sehingga pada saat kita bepertigan, kita tidak lagi melarikan diri. Kita berjalan-jalan untuk mengapresiasi keindahan alam dan menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang kita temui selama perjalanan. Kita mengagungkan Tuhan.

Terima kasih, padamu. Dan pada-Mu. Untuk pemandangan yang menakjubkan, persahabatan yang begitu indah.

Thursday, February 21, 2008

Menyegarkan

[English]
Saya sedang menunggu teman saya di sebuah rumah makan. Gelas pertama minuman saya sudah habis dan saya dengan halus menolak tawaran mas-mas pelayan untuk memesan gelas kedua.

Tiba-tiba si Mas datang dengan membawa sebuah gelas air putih dingin. Gratis untuk menemani saya menunggu.

Menyegarkan sekali. Airnya.
Dan inisiatifnya.

Thursday, February 07, 2008

Amorous evening - Sebuah konser

Kepada anak kami tersayang:

[English]
Seorang teman menaruh puisi di bawah ini di blognya, disadur dari sebuah situs bertajuk parent's wish, harapan orang tua. Indah sekali.

Saya coba terjemahkan semampu saya.

Kepada anak kami tersayang:

Saat kamu melihat kami tua, lemah, dan letih,
Bersabarlah dan cobalah mengerti kami.

Bila kami menjadi kotor dikala menyantap makanan,
Bila kami tidak dapat mengenakan baju sendiri,

Bersabarlah dan ingat saat-saat
kami menyuapimu dan membantumu mengenakan pakaianmu.

Bila saat kami berbicara padamu,
Kami mengulang hal yang sama, lagi dan lagi,
Tolong jangan memotong kami. Dengarkan kami.

Ketika kau masih kecil,
Kami pun harus membacakan untukmu cerita yang sama
Ribuan kali hingga kamu tertidur.

Bila kami tidak ingin mandi,
Jangan merasa malu atau marah pada kami.

Ingatkah kamu saat kami harus mengejarmu
Dengan beribu bujukan agar kamu mau mandi?

Pada saat kami bersikap tak acuh terhadap teknologi baru,
Bantu kami untuk mengarungi dunia maya ini.

Kami telah mengajarimu begitu banyak,
Bagaimana memakan makanan yang baik, berpakaian yang baik,
juga untuk mempertahankan hakmu dengan baik.

Bila kadang kami lupa,
atau kehilangan arah pembicaraan kita,

Biarkan kami berusaha mengingatnya walau perlahan,
Dan jika kami tetap tidak mengingatnya, jangan jengah atau khawatir,

Karena yang terpenting bukanlah pembicaraan kita,
Tetapi tentunya kebersamaan kita, dan kamu yang mendengarkan kami.

Jika ada saat kami tidak berselera untuk makan, jangan paksa kami.
Kami tahu kapan kami perlu atau tidak perlu makan.

Saat kaki kami tak kuat melangkah
hingga kami tak dapat berjalan tanpa menggunakan tongkat,

Ulurkanlah tanganmu. Sama seperti yang kami lakukan
Ketika kamu mencoba melangkah untuk pertama kalinya.

Dan apabila tiba saat kami mengatakan padamu,
Kami sudah tak ingin hidup lagi, bahwa kami ingin mati,
Janganlah meradang. Suatu hari, kamu pun akan mengerti.

Cobalah mengerti bahwa bukan saja kami telah menjalani hidup ini, kami telah berhasil mengarunginya.

Suatu hari kamu akan paham bahwa, meskipun kami telah melakukan kesalahan,
Kami selalu menginginkan yang terbaik untukmu
Dan kami telah mencoba untuk menyiapkan, membuka jalan untukmu.

Janganlah sedih, marah atau malu
apabila kami tengah bersamamu.

Cobalah mengerti kami dan bantu kami
Layaknya yang kami lakukan ketika kamu masih kecil.

Bantu kami melangkah.
Bantu kami menjalani sisa hidup kami, penuh cinta dan harga diri.

Kami akan membayarmu dengan senyum dan cinta yang melimpah
Yang selalu kami miliki dalam hati ini untukmu.

Kami sayang padamu, nak.

Bapak dan Ibu

Aku pun sayang sama papa dan mama. Maafkan atas segala ketidakacuhan, ketidakhormatan, kekasaran, keegoisan, ketidakpedulian, ketidakadaan rasa terima kasih, dan ketidaksabaranku.

In memoriam: Pak Lukman

[English]
Kemarin seorang rekan kerja dan teman, Pak Ahmad Lukman, meninggal dunia. Ia baru berusia 32 tahun, ayah dari seorang anak laki-laki. Pak Lukman memang sudah cukup lama tidak terlalu sehat. Kondisinya memburuk beberapa bulan terakhir ini.

Namun dia selalu penuh semangat. Seorang pekerja yang rajin, seorang teman berdiskusi tentang apa pun, seorang pencinta buku, dan aktivis dalam komunitasnya.

Orang yang telah menjalani hidup dengan sepenuh hati. Tidak pernah mengeluh tentang hidup maupun penyakitnya. Tentu ada kala dia bercerita tentang apa yang ia rasakan, tapi menurut saya itu masih belum mengeluh (atau meminjam istilah teman saya, terkena sindroma orang termalang sedunia). Dia seorang yang kuat, dengan senyum yang senantiasa menghias wajahnya.

Selama perjalanan saya ke rumahnya semalam, yang ada di kepala saya hanyalah: dia sudah menjalani hidupnya dengan baik. Mungkin lebih baik dari kebanyakan kita.

Salam, sobat. Bapak benar-benar menjalani hidup dengan baik. Kami akan bantu menjaga keluargamu. Tak ada yang perlu dikhawatirkan.