Friday, August 18, 2006

Met ultah ya, Indonesia


Selamat ulang tahun atau Selamat merayakan hari kemerdekaan? Maap telat sehari.

Saya ingin mengutip iklan Harian Kompas. Dari sederet pernyataan kemerdekaan -- dari penjajahan, kebodohan, kemiskinan, korupsi dan sebagainya -- Kompas mencoret kata penjajahan. Kita sudah merdeka dari penjajahan (resmi) bangsa lain. Satu lewat, tapi masih banyak pekerjaan rumah yang lain – kebodohan, kemiskinan, korupsi dan sebagainya masih menghantui kita.

Setuju sekali. Saya rasa Anda pun setuju dengan pernyataan di atas. Anehnya, semua setuju, tetapi kebodohan, kemiskinan, korupsi dan lain-lain itu tetap bercokol di negara kita.

Saya rasa ini karena tiga hal (1) kita itu sering hanya berpikir tentang diri kita sendiri dan bukan orang lain (2) kita berpikir terlalu ribet – kayaknya susah deh memberantas kebodohan, mana mungkin sih, akhirnya mikir terus dan gak jalan-jalan (3) kita mengkerdilkan arti diri kita sendiri – siapa lah gua ini, bisa apa gua. Oh sebagai tambahan, kadang kita cenderung ‘mempersilakan’ orang lain untuk memperbaikinya, sementara kitanya sendiri tidak ngapa-ngapain.

Jadi, gimana kalau kita balik (1) mulai berpikir tentang orang lain – keluarga, pembantu, supir, office boy, teman, dan seterusnya (2) Berpikir sederhana – kerjain aja walau kecil, yang kecil buat kita sering berarti buat mereka (3) kita itu penting, kita bisa berperan, coba aja lakukan dan lihat sendiri hasilnya; dan (4) kalau bukan kita yang melakukan, siapa lagi.

Mulai dari mana? Mana saja yang kepikiran. Lakukan sesuatu. Apapun itu.

gambar diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Indonesia

Wednesday, August 09, 2006

Mulai dari mana?

Seperti yang sudah saya curigai dari awal, saya sekarang kebingungan sendiri mengenai apa yang harus saya tulis di blog ini. Banyak sekali kejadian di sekitar kita.

Setiap kali saya membaca koran, majalah atau buku, setiap kali saya mendengar radio atau orang mengobrol, setiap kali saya menonton televisi, otak saya berkomentar: lucu juga kalau ini ditulis. Terlalu banyak, meskipun kebanyakan lebih menonjolkan masalah ketimbang solusi.

Saya mulai merasa seperti salah satu politisi Indonesia yang sering saya komentari mencla-mencle, semua kok dikomentari. Sekarang saya merasakannya sendiri ☺

Tapi kalau tidak begitu, saya tidak akan maju-maju, saya tidak akan mulai-mulai. Wah, ini juga kayak beberapa orang lainnya – dipikirin terus, gak dikerja-kerjain. Mana yang lebih baik?

Jadi saya pikir, udah lah, tulis aja. Apa pun yang ada di pikiran saya. Siapa tau, yang kecil-kecil ini bisa jadi masukan yang bermanfaat, betapa pun kecilnya manfaat itu.

Seperti yang dikatakan oleh seorang teman saya ketika saya tanyakan ke dia apa yang harus kita lakukan, dimana kita harus mulai, begitu banyak masalah. Dia bilang: ya lakukan saja apa yang kita bisa.

Sabar ya. Saya akan berusaha lebih keras untuk menulis ini. Dan untuk hal-hal lain juga yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu di sini.

Tuesday, July 25, 2006

Tegar terterpa badai

Cerita ini gua, eh aku, eh saya, apa ya enakan nulisnya? Saya saja. Mendukung gerakan berbahasa Indonesia yang (lebih) baik.

Baru saja saya menonton ESPY (Penghargaan terhadap orang-orang di dunia olahraga oleh saluran TV olahraga ESPN). Ada satu penghargaan yang membuat saya terharu. Penghargaan untuk tim, yang jatuh pada tim bola basket John Ehret High School.

Sekolah ini berlokasi di pinggiran New Orleans, Louisiana – Negara bagian di Amerika Serikat yang tertampar angin ribut Katrina. Meskipun demikian, setelah badai menerpa, pelatih basket di sekolah itu tidak mau menyerah. Dia tetap mengumpulkan anak-anak muda di daerah itu untuk bermain basket. Semangat harus tetap ada. Hidup harus tetap berjalan.

Keadaan mereka bukannya membuat mereka berkecil hati, malah memompa semangat bermain dan mempererat kekompakan. Tidak ada yang menyangka mereka terus maju hingga memenangkan perlombaan bola basket di tingkat Negara bagian Louisiana. Bukan main.

Pemain sampai menumpang di rumah saudara atau teman, memakan makanan sumbangan masyarakat dan bermain seadanya dimana pun mereka bisa. Dan mereka bisa. Bisa menang malah.

Saya menulis ini seperti menulis cerita fiksi. Padahal ini nyata. Kalau niat disertai upaya dan semangat sudah ada, memang ternyata mimpi-mimpi itu bisa jadi kenyataan.

Pikiran saya melayang ke kondisi yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Cerita ini membangkitkan harapan saya. Saya yakin ada orang-orang yang semangat dan optimismenya sama tinggi dengan tim basket ini. Saya yakin ada orang-orang yang keras kepalanya seperti pelatih basket yang susah payah mengumpulkan anak-anak asuhannya dan memompa semangat mereka. Hanya saya saja yang belum menemukannya. Atau mungkin saya kurang peka? Saya yakin ada. Tabik untuk Anda.

Tuesday, July 18, 2006

Kenapa?

Menurut teman saya, ini adalah pertanyaan favorit saya: Kenapa? Kenapa sampai membuat blog ini?

Karena saya ingin sharing. Karena saya ingin Mbak/Mas juga melihat apa yang saya lihat, merasakan apa yang saya rasakan, dan syukur-syukur melakukan lebih dari apa yang telah saya lakukan.

Saya sedih. Melihat begitu banyak kejadian naas di dunia. Saya sedih melihat begitu banyak orang berjalan begitu saja seakan tidak peduli akan sekitarnya. Saya sedih melihat orang mengeluhkan hal yang gak penting padahal begitu banyak nikmat yang telah ia rasakan. Saya sedih melihat begitu banyak potensi yang tidak terpakai atau dipakai tapi disalahgunakan.

Padahal saya tahu orang-orang yang berjalan begitu saja itu sebenarnya peduli juga. Cuma seringkali tidak tau darimana mulainya, tidak tahu bahwa mereka punya lebih banyak kekuatan untuk mengubah keadaan.

Saya pikir orang-orang yang suka ‘menyalahgunakan’ itu juga sebenarnya punya hati. Kata orang (orang itu kebetulan Muhammad SAW), hati itu seperti cermin. Yang harus dilap terus, dibersihkan supaya bisa kinclong. Supaya bisa melihat wujud indah kita sebenarnya. Supaya bisa merefleksikan sinar kasih sayang yang luar biasa terang kepada sesama – sesama manusia dan sesama makhluk.

Jadi mari kita melap hati kita. Sedikit-sedikit. Hanya seuluran tangan.

Bayangan saya, kalau kita gerak bareng, kalau hati-hati ini semua bisa mengulurkan satu tangannya, mencurahkan setetes keringatnya, merefleksikan sinar kasih sayangnya, bukan main indahnya. Bayangan saya. Mimpi saya. Mari kita mulai.

Blog ini saya dedikasikan
… untuk segala kejadian yang membuat kita berpikir – kadang berpikir betapa indahnya dunia, kadang berpikir betapa piciknya manusia atau kadang bertanya salah apa kita ini
… untuk semua pihak, baik itu pemerintah, swasta, LSM atau perorangan yang membuat kita mengangkat topi, mendecakkan lidah (positif dan negatif) dan merasa iri dan bertanya kenapa gua gak bisa melakukannya
… untuk semua pihak yang mau berbagi kisah. Silakan respon atau e-mail saya. Nanti bisa saya masukkan ke dalam web ini. Bisa juga tidak. Terserah saya donk.

Sedikit-sedikit. Hanya seuluran tangan. Moga-moga bermanfaat.