Saturday, June 07, 2008

Menilik masa lalu

[English]
Mari kita bicara sekali lagi tentang bersih-bersih. Tampaknya, dalam dua minggu terakhir ini, topik tersebut menjadi favorit dalam diri saya.

Tadi malam di sebuah film di Disney Channel, karakter yang dimainkan oleh Bruce Willis diingatkan kalau dia terlalu sombong jika dia menganggap bahwa dirinya disitu sekedar membantu diri mudanya (diri mudanya mengarungi waktu untuk bertemu dengannya).

Benar, mungkin saja diri mudanya dapat belajar sesuatu dari karakter Bruce Willis, tapi sang diri muda juga ada di situ untuk membantu dia mengingat. Membantu dia mengingat. Tampaknya banyak sekali kejadian yang membantu saya mengingat akhir-akhir ini.

Saya telah diperkenalkan (kembali) kepada beberapa teman-teman yang 'gelo', yang mengingatkan saya bagaimana cara menertawai (terbahak-bahak) hal-hal tidak penting. Orang-orang yang bisa bercanda dan berbincang secara enteng tentang apa pun, bahkan tentang hal yang menyakitkan dalam hidup.

Orang-orang berbeda dengan kegilaan yang berbeda-beda pula. Namun, entah bagaimana, semua itu adalah saya. Beberapa rasanya seperti dibawa khusus dari masa lalu saya untuk mengingatkan saya tentang saya yang lalu. (ge-er ya).

Acara ngopi Rabu malam kemarin dengan seorang teman benar-benar telah melakukan hal ini ke saya. Kami berbincang dan tertawa tentang banyak hal. Kami berbicara tentang masa lalu, masa kini, tentang kerja, kehidupan sosial, dan hubungan dengan orang lain. Kami bercakap tentang bagaimana dan kenapa.

Sikap dan kepribadian kami telah berubah sesuai dengan situasi kerja dan etape hidup. Dan betapa kami sudah berubah. Kata-kata atau perilaku yang kami ucapkan atau kami lakukan terhadap orang dulu, tidak akan tega kami ucapkan atau kami lakukan sekarang. Amin.

Perbincangan ini mengingatkan saya tentang asal usul saya. Mengingatkan saya sudah menjadi seperti apa saya sekarang. Mungkin mengingatkan bahwa saya harus tetap memiliki sisi yang lebih ringan, lebih 'tolol', hampir gelo itu dalam diri. Bahwa saya tetap harus 'gila' supaya bisa tetap waras.

Atau, mungkin, itu hanya pertanda bahwa saya terlalu berusaha memisahkan diri dari masa lalu saya (munurut saya (dulu), itu untuk alasan yang kuat) dan berusaha untuk menciptakan suatu identitas baru yang lebih kuat dan dewasa.

Masa lalu-masa lalu itu. Awalnya, kita bergumul dengan mereka dan kita merasa bersalah terhadap diri sendiri. Kemudian kita dorong mereka jauh ke dalam diri dan (kita pikir) sudah lewatlah semua ini.

Kemudian kita menyadari mereka masih di sana, tetap menyakiti, dan kita bertahan dengan menolaknya sama sekali, tanpa menyadari bahwa sebenarnya dengan cara ini pun masalah belum selesai, Kita sekedar menjadi marah, pahit, atau minimal skeptis.

Perbincangan Rabu malam itu membuat saya berpikir bahwa sebenarnya masa lalu tidaklah terlalu buruk. Masa lalu adalah bagian dari dinding-dinding pembangun diri saya kini.

Yang membuat hidup, hidup. Terima. Nikmati. Biarkan mengalir. Mencoba. Sedikit demi sedikit. Tak lupa sejumput bumbu kegilaan untuk membantu meringankan.

Terima kasih. Terima kasih, semua.

No comments: