[English]
Saya senang dengan orang-orang (terutama teman-teman) yang memiliki mimpi dan aspirasi. Saya terlebih menyukai mereka yang mengikuti mimpi-mimpi itu. Saya sangat percaya bahwa panggilan dari dalam yang terus-menerus mengemuka itu benar-benar berusaha mengatakan sesuatu pada kita. Ia bukan sekedar hal acak tak berarti.
Jadi saya membuka tangan dan hati terhadap tren Lentera Jiwa baru-baru ini.
Memang, ini (lagi-lagi) sebuah langkah pemasaran yang keren dari Yoris dan Morin untuk mempromosikan album baru Nugie.
Tetap saja, Lentera Jiwa merupakan sarana untuk mengingatkan kita bahwa kita dapat (dan seharusnya) memanfaatkan dan menikmati hidup semaksimal mungkin. Untuk mengejewantahkan potensi kita sebaik kita bisa dan tidak menyia-nyiakan anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Recto Verso – album terbaru Dee juga merupakan contoh nyata dari lentera jiwa seseorang. Saya tidak membicarakan Dee di sini. Saya rasa dia tidak perlu perkenalan lagi (Love and light, D).
Saya ingin menceritakan tentang seorang teman lain yang membantu mendistribusikan album Recto Verso. Teman saya ini bekerja dalam bidang TI. Dia sangat gandrung pada musik atau, sejujurnya, apa pun yang berbau indie.
Yang menarik di sini adalah teman saya itu telah menggandrungi musik sejak saya pertama kenal dia (yang berarti sudah cukup lama, karena saya kenal dia saja sudah lebih dari 15 tahun).
Dia mungkin tidak (belum?) bisa mendedikasikan waktunya untuk memainkan instrumen musik sendiri tapi dia mempersembahkan pada musik apa yang ia bisa--kecintaannya, kemampuan organisasi dan manajemennya, dan logikanya yang brilian.
Dia menyumbangkan apa yang ia miliki. Mungkin dia satu-satunya yang bisa memainkan peran itu, dan hal ini membuatnya unik dalam konteks keseluruhan formula yang ada.
Pemikiran ini membawa saya kembali ke tahun 2002, ketika saya merasa agak tak berdaya melihat semua korban banjir Jakarta. Saya mengikuti seorang teman dokter saya keliling. Dia membantu para korban. Sedangkan seorang saya, apa yang bisa saya lakukan? Saya sekedar membantu teman saya membungkus obat-obat sederhana bagi para korban.
Sekarang--setelah memperhatikan teman saya dengan musik indie-nya--saya menyadari bahwa saya tidak perlu menjadi dokter untuk membantu dalam bidang kesehatan. Secara profesi, saya seorang konsultan komunikasi. Jadi harusnya itu yang saya lakukan--dan telah mulai saya lakukan sedikit-sedikit.
Saya belum menemukan satu topik--atau organisasi--yang bisa membuat saya demikian tertarik sehingga saya ingin saya fokuskan diri saya padanya.
Namun, sejauh ini, saya lebih memilih untuk menjadi 'konsultan' bagi lembaga atau yayasan yang dikelola teman-teman saya--melaksanakan pelatihan komunikasi, membantu membuat newsletter, menulis cerita tentang mereka, memfinalisasi proposal pendanaan mereka, dsb.
Mungkin itulah tempat atau fungsi unik saya dalam ensembel ini. Itu dan hal lain. Kita lihat nanti.
Saya bisa bilang dua hal pada Anda, sementara ini. Pertama, dengarkan diri Anda dan temukan panggilan itu. Kedua, tidak perlu terburu-buru. Ini semua proses. Anda tidak perlu serta merta melompat dan melakukannya sekarang juga.
Mungkin yang Anda lakukan sekarang adalah persiapan menuju langkah yang akan Anda ambil. Persiapan yang baik adalah setengah dari kemenangan yang akan kita capai. Manfaatkan waktu yang ada, namun jangan terlena terlalu lama ;)
Saya ingin mengulang apa yang ditulis di situs web Lentera Jiwa:
"Hidup memang penuh pilihan, tapi seringkali pilihan terbaik adalah mengikuti LENTERA JIWA kita. Cahaya yang menuntun kita pada tujuan hidup. Our passion in life.
Bagaimana dengan LENTERA JIWA-mu?"
Tuesday, September 09, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment