Wednesday, September 03, 2008

Saat berdiam diri. Saat hening.

[English]
Sekolah saya belum dimulai. Saya bahkan belum memulai perjalanan saya secara fisik. Namun beragam pelajaran tampaknya sudah mulai berdatangan.

Seorang mentor penyembuhan Reza Gunawan pernah berucap pada saya bahwa kadang tubuh dan jiwa kita tahu kalau kita akan beperjalanan dan mereka pun berinisiatif memulai prosesnya bahkan sebelum kita memulai perjalanan yang kasat mata sekalipun.

Saya dapat merasakan bahwa proses telah dimulai. Di dalam. Satu (atau dua, atau tiga) sensasi yang demikian akrab dan, saya ingat betul, cukup intens. Mereka mulai mengemuka kembali. Kali ini, saya menyambutnya dengan tangan terbuka dan sepenuh hati. Mungkin saya perlu menyisipkan kata "mencoba" di sini, karena proses ini bisa menjadi sangat menantang.

Guru meditasi saya Pak Merta Ade dari Bali Usada pernah berkata, “Jika kamu sudah siap, coba merasakannya lebih lama." (terjemahan: jangan melarikan diri. Coba hadapi.)

Kala itu beliau tengah mengacu pada sensasi indera yang kerap muncul selama meditasi. Tapi pendengaran saya menangkap hal-hal di luar itu. Saya mendengar kesedihan, kemarahan, trauma dan berbagai hal lain yang berkecamuk dalam diri. Segala emosi yang belum tuntas.

Buku yang saya terima dari seorang teman menganjurkan untuk memulai dari tempat saya kini berpijak. Untuk mengakrabkan diri dengan kondisi fisik dan emosi saya; untuk belajar dari mereka. Kembali, segala emosi yang belum tuntas.

Kedua kejadian di atas mengajak saya untuk "memperlambat laju jalan, menghentikan langkah, duduk tenang dan menghadapi diri." Jadi saya pun duduk. Dalam hening. Tanpa ditemani seorang pun kecuali Kamu.Tak mudah.

Entah bagaimana semua perasaan dan memori usang semakin lama semakin jelas. Saya menjadi gelisah. Saya bertanya-tanya apakah saya benar-benar telah siap untuk menceburkan diri ke dalam hal ini lagi.

Tapi bukan saya kalau tidak ada coba-coba kreatif.

Mungkin kalau saya menyibukkan diri, saya tidak akan terlalu terikat pada kegiatan ini. Saya mengerjakan beberapa proyek meskipun tanggal keberangkatan saya sudah semakin mendekat. Rupanya saya lupa siapa yang sedang saya hadapi. Kedua proyek pun berjalan tak terlalu cepat. Saya masih punya banyak waktu luang untuk "terikat pada kegiatan ini."

Hm, mungkin ada cara meringankan beban ini sedikit. Berbagi mungkin membantu? Tak ada salahnya khan bila saya bercerita ke satu atau dua teman? Salah.

Beberapa hal memang sebaiknya tetap tak terucap dan disimpan sendiri. Selalu saja ada yang terjadi. Koneksi Internet terputus. Terlalu banyak orang di sekitar. Jadwal yang tak sinkron. Tak ada cukup waktu. Jadi gitu, bukan karena saya tak mau berbagi, tapi saya tak bisa, saya tak boleh.

Untuk kesekian kalinya, saya terduduk dalam hening. Dengan diri dan aku. Dan Dirimu.

Saya tahu waktunya telah tiba. Saya mafhum ini adalah perjalanan pribadi yang harus saya tapaki sendiri. Tanpa seorang pun kecuali Kamu. Miliki keyakinan. Ya, saya yakin.

Kamu mungkin tak mengerti. Tak apa. Kadang saya pun tak paham.

Nalar memahami. Hati masih butuh lebih banyak waktu.

No comments: