Tuesday, May 13, 2008

Kelaparan - 1

[English]
Saya sudah sangat lama menunda menulis tulisan ini. Saya melihat berita di TV beberapa waktu lalu tentang kelaparan yang melanda negeri.

Seorang ibu dengan dua anak meninggal kelaparan di rumahnya.
Malnutrisi terjadi dimana-mana di beberapa daerah. Kelaparan berlangsung di kota tempat saya tinggal ini, di jalan-jalan yang saya lewati setiap hari. Rasanya saya tidak perlu menaruh satu gambar pun di sini. Sudah jelas.

Hati saya serasa melesak. Air mata mendesak.

Bahwasanya ada kelaparan di negara tropis agrikultur maritim ini sudah berada di luar nalar saya. Bahwasanya hal ini terjadi pas di depan mata saya--mata kita?--merupakan suatu hal di luar batas toleransi.

I sms beberapa teman. Saya menerima tanggapan yang menghangatkan hati.

Saya tahu ada masalah yang besar dan mungkin tak bisa saya pahami di negara ini yang kemudian menjurus ke situasi sekarang--baik dalam hal kelaparan maupun ketidakpedulian. Saya paham bahwa harus ada perubahan struktural--atau bahkan politis--untuk memperbaiki keadaan ini. Saya tahu itu.

Tetap saja, satu tanggapan yang paling berkesan buat seorang saya yang kecil dan biasa-biasa saja ini adalah ajakan seorang teman untuk melakukan apa pun yang kita bisa, untuk berbaik dan memperhatikan orang-orang di sekitar kita.

Pesuruh di kantor yang menyediakan secangkir kopi hangat buat kita tiap hari. Supir pribadi/taksi/bus/bajaj yang mengantar kita ke sana kemari dalam 'tempo yang sesingkat-singkatnya'. Pedagang kaki lima dan jajanan. Tukang sayur keliling. Anak laki-laki kecil berkaos garis-garis merah putih yang mungkin luput dari perhatian kita.

Tahukah kita apakah mereka punya makanan untuk makan nanti malam? Tahukah kita apakah anak-anak mereka telah diberi makan dengan baik dan dapat terus bersekolah? Pedulikah kita?

Saya sudah menunda penulisan artikel ini cukup lama. Karena saya merasa tidak tahu jalan keluar dari masalah ini. Hingga kini pun, sebenarnya saya masih tidak tahu.

Tapi mungkin itu inti masalah saya. Inti masalah kita. Kita begitu bingung, merasa bukan siapa-siapa dan tidak berdaya sampai-sampai kita tidak melakukan apa pun. Sama sekali.

Saatnya untuk melakukan sesuatu. Apa pun itu. Mulailah Memberi.

No comments: