[English]
Kejadian pertama
“Nih dia nih, banyak ilmu tapi pelit.” Komentar selewatan dari seorang teman. Dia memiliki sebuah yayasan pendidikan anak. Komentar itu ditujukan pada saya ketika kami berada di kantor yayasannya.
Apa saya memang sepelit itu? Apa memang saya demikian kaya ilmu untuk dibagi?
Kejadian kedua
Sebuah formulir yang harus saya isi. Salah satu pertanyaannya berujar: "tanya pada sahabat Anda apa kelemahan utama Anda." Kata tiga teman saya: kebanyakan mikir, terlalu santai, dan kurang percaya diri. Wah, apa benar?
.Hm.
Kejadian ketiga
Spanduk besar di Toko Djoger Bali.
Mau sejelas apa lagi pesannya?
Kita (terlalu) sering berpikir bahwa kita bukan siapa-siapa. Kita selalu melihat ke atas, tidak pernah ke bawah. Saya hanya pemula. Saya masih harus belajar banyak. Masih beribu hal yang perlu saya kejar.
Kita menyepelekan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang telah kita teguk selama hidup kita, selama masa pendidikan kita, selama masa kerja kita. Kita terus haus akan lebih banyak ilmu, pengalaman, dan kekayaan.
Jarang kita sadari bahwa kebanyakan orang di berbagai daerah tidak pernah mengenyam pendidikan dasar sekalipun, tidak punya cukup pangan untuk sekedar hidup, tidak pernah berkelana di luar desa/kotanya. Betapa tidak pedulinya kita. Betapa tidak pedulinya saya.
Pandangan seperti ini memberikan rasa palsu dalam diri bahwa kita memiliki hak untuk terus menerima. Kita lupa untuk memberi, untuk berbagi. Kita lupa bahwa bahkan hal sepele bagi kita merupakan hal besar bagi orang lain.
Jadi mungkin saya memang pelit. Saya terlalu banyak mikir. Saya tidak melakukan cukup banyak hal, terlalu santai. Saya tidak menyadari kemampuan saya. Saya kerap melihat ke atas, dan jarang ke bawah.
Bagaimana pun, telah tiba saat untuk memberi, untuk berbagi.
.Mulailah melakukan sesuatu. Apa pun itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment