[English]
Saya orang yang sangat percaya akan berbagai rambu dan simbol dalam hidup, rambu dan simbol dari kehidupan. Hidup gemar menyapa kita dengan beragam tanda, mengarahkan apa yang perlu kita pelajari dan lakukan.
Hari ini, hidup menyapa untuk berujar bahwa saya belum terlalu pandai membacanya.
Saya tengah berjalan menuju rumah seorang teman. Ia dengan baik hati telah mengirimkan peta rumahnya beberapa hari sebelumnya. Tadi malam, saya telah mempelajarinya dan bahkan membuat catatan kecil dengan hati-hati.
Tentunya, pagi ini catatan itu tertinggal di rumah. Saya baru menyadarinya saat saya memasuki perumahan teman saya. Ck. Tipikal saya banget, saya pikir. Baik, mari berpikir positif. Saya terus berjalan dan mencoba membayangkan rute rumah teman saya.
Saya mengikuti gambar mental itu. Sampai suatu titik, saya berhenti dan melihat nomor blok rumah di samping saya. “W. Harusnya N,” gumam saya, “Saya harus kembali ke jalan besar.”
Seraya berputar, saya menengok ke kiri. Ada beberapa mobil parkir di kejauhan. “Aha, pasti itu,” kata saya pada diri (Sekarang saya tidak terlalu paham kenapa saya berpikir demikian). Saya mengarah ke sana. Ternyata memang rumah teman saya.
Saya menelusuri kembali peta mental itu di kepala saya. Saya pun menyadari kesalahan saya.
Saya langsung belok ke kiri (garis hijau) ketimbang belok sedikit ke kanan dulu sebelum belok kiri. Saya telah mengabaikan belokan kecil aneh tapi ternyata penting itu.
Demikian pula saya dalam hidup. Saya melupakan catatan kecil yang telah saya buat dengan hati-hati. Saya berikan label "tipikal saya" terus-menerus pada setiap pikiran, ucapan dan tindak-tanduk saya, hingga suatu saat benar-benar menjadi tipikal saya. Saya melewatkan belokan kecil tak 'wajar' yang sebenarnya harus saya lewati sebelum saya melanjutkan perjalanan.
Saya berhenti sejenak untuk membaca paragraf di atas. Ah, iya, saya juga sering terlalu keras pada diri.
Setuju. Mari coba lebih positif melihat diri. Jika saya benar-benar memperhatikan apa yang saya lakukan, saya bisa memiliki gambaran mental yang jelas. Saya senang berkontemplasi. Saya tidak (lagi) terlalu kesal apabila saya berbuat kesalahan. Saya memikirkan langkah selanjutnya dan melanjutkan perjalanan. Saya percaya pada instink yang telah kerap 'menyelamatkan' saya.
Tetap, hari ini hidup mengingatkan bahwa saya masih melewatkan demikian banyak tanda yang telah ia anugerahkan pada saya–entah karena ketidaksabaran, ketidakpedulian ataupun ego.
Jujur, itu pula sebab saya masih melewatkan begitu banyak tanda, rambu, dan simbol darimu–karena ketidaksabaran, ketidakpedulian ataupun ego. Tolong jangan menyerah terhadap diri saya.
Sunday, June 29, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment