Tuesday, June 10, 2008

Saatnya untuk secangkir kopi

[English]
Tak ada cara yang lebih baik untuk menikmati secangkir kopi (atau teh herbal, atau segelas jus lemon segar) ketimbang dengan mereka yang demikian dekat di hati. Kadang dengan keluarga, dengan diri ataupun buku. Namun kerap dengan sahabat.

Apakah itu di pagi hari, siang, saat senja maupun malam. Di tepi jalan maupun tepi sungai. Secangkir kopi tidak pernah membosankan apabila disertai dengan teman yang pas.

Ditambah sejumput gula tanpa perlu apa-apa lagi, mungkin kadang sedikit susu segar, full cream, tidak pernah low-fat. Namun selalu ditemani dengan percakapan intim yang menimbulkan senyum di bibir dan di hati saya.

Apakah itu obrolan kosong. Seperti hari ketika kita mendiskusikan kenapa hanya ada satu pohon itu di atas bukit, atau apakah awan itu lebih mirip beruang atau kelinci.

Dan ketika kita menimbang-nimbang mungkin kita perlu membukukan pembicaraan tak penting (namun sangat menyenangkan) ini dalam buku berjudul "The inspired conversationalists."

Atau topik-topik yang lebih dalam. Kita sama-sama tahu apa saja itu.

Atau ketika dirimu mengingatkanku bahwa "rasa kendali hanyalah sebuah ilusi." Sapaan lembut yang begitu menohok untuk perfeksionis seperti dirimu dan saya.

Atau ketika dirimu dengan yakin menebak masa depan kita. Saya pun menantikan saat kita duduk bersama dalam suatu konferensi internasional. Saya sebagai (konsultan dari) seorang politisi dan dirimu sebagai pembela hak asasi manusia internasional.

Dan secangkir kopi yang akan kita nikmati setelahnya. "Itu bagian yang terbaik," katamu.

Pernah dirimu bertanya kenapa saya bisa mengertimu sedemikian baik, "Apakah karena kamu memang sesensitif itu? Atau karena kamu juga mengenal dengan baik cerita ini?" Ingin saya memilih opsi pertama.

Tapi saya semakin menyadari kini bahwa opsi kedua adalah jawaban yang lebih tepat. Persis seperti buku kecil "If life is a game, these are the rules" yang diberikan oleh teman lain kemarin. Buku itu mengatakan bahwa orang-orang lain hanyalah cermin dari dirimu. Dirimu untuk diriku, demikian sebaliknya.

Kopi selalu menghangatkan. Jus lemon menyegarkan.

Hari ini saya merayakan persahabatan. Karena saya mengingatmu.

Selamat ulang tahun, walau sedikit terlambat.

No comments: