[English]
Baru-baru ini, di rumah seorang teman dengan sekelompok orang lainnya, kami berdiskusi panjang lebar tentang puisi yang saya taruh di blog saya satunya, puisi berjudul It is a pleasure to be a student. Salah seorang teman kami adalah seorang guru. Dia bilang dia kadang ndaftar ikut suatu kelas untuk menjadi murid lagi.
Saya punya interpretasi, pemahaman yang berbeda.
Bagi saya merasa menjadi murid ketika kita memang seorang murid itu relatif mudah. Kalau saya ikut ndaftar suatu kelas, tentu saya merasa saya seorang murid karena saya memang benar-benar seorang murid.
Yang lebih menantang adalah untuk menjadi murid setiap detik dalam kehidupan kita. Untuk merasakan kerendahan hati bahwa saya bisa belajar dari orang yang sedang berada di depan saya karena ada yang dia ketahui yang tidak saya ketahui. Untuk memiliki antusiasme, keinginan, semangat untuk belajar.
Jujur deh. Ketika kita seorang manajer, direktur, vice president, seorang senior di tempat kita bekerja, dan kita berhadapan dengan seorang magang yang lulus kuliah aja belum, apa dengan mudah kita bisa merasa bahwa kita bisa belajar dari si anak magang ini? Atau kita memutarkan bola mata, tersenyum sinis dan ngedumel setiap kali dia mengatakan sesuatu yang 'gak pas'? Ya, kira-kira begitu lah.
Saya tidak bisa melupakan puisi tersebut waktu itu. Puisi itu seperti pengingat buat saya (untuk tidak mengatakan tamparan di muka)bagi orang yang sangat percaya diri, arogan, sok tahu ini untuk belajar kepada setiap orang yang ia temui, setiap kejadian yang ia alami dalam hidup ini.
Kadang saya melemparkan diri saya ke sesuatu yang benar-benar baru, sengaja atau tidak sengaja. Untuk kembali menjadi murid kelas satu, murid pemula, sekali lagi.
Mungkin sudah waktunya saya kembali melakukannya.
Wednesday, October 03, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment