[English]
Kata i’tikaf sering kita dengar, terutama menjelang akhir Ramadhan. Orang berbondong-bondong untuk berkumpul di mesjid, shalat jamaah, membaca Al Qur’an dan orang Jawa bilang “le’-le’an”, gak tidur semalaman atau lebih di mesjid.
Apakah esensi i’tikaf itu sendiri?
Inti i’tikaf adalah tafakkur, perenungan untuk mencapai transformasi spiritual, kontemplasi, refleksi diri.
Merenungkan apalah langkah kita selama ini sudah benar, apakah hubungan kita dengan alam semesta sudah harmonis.
Al Qur’an tidak menjelaskan tata cara (syarat dan rukun) i’tikaf. Karena itu, tata cara ini kemudian dijelaskan oleh para imam. Setiap imam memiliki sedikit perbedaan dalam tata cara i’tikaf.
Apa pun namanya, menurut saya pribadi, perenungan itu perlu dilakukan. Perenungan bukan berarti berpikir untuk suatu objektif tertentu, mendapatkan jawaban untuk suatu masalah kita yang spesifik.
Perenungan lebih berarti membuka diri/hati terhadap masuknya energi ilahi, kuasa alam, ke dalam diri.
Energi yang kemudian menuntun kita untuk secara alami, secara otomatis, menjalani hidup sesuai kehendak Allah, sesuai misi dan fungsi kita di dunia.
Catatan lengkap dapat di-download di sini.
Sunday, October 07, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment