[English]
Beberapa waktu lalu saya menulis sebuah entri tentang betapa saya tidak suka mengatakan "saya tidak tahu." Saya cukup percaya diri bahwa saya mampu untuk mengetahui apa pun yang ingin saya ketahui.
Jadi meskipun saya tidak tahu jawaban atau solusinya pada saat itu, saya yakin bahwa saya kenal seorang teman (dari teman dari teman) yang tahu. Kasih saya sedikit waktu dan saya akan mendapatkan solusinya. Pemegang teguh konsep six degrees of separation.
Namun tempo hari, saat saya tengah berbincang dengan seorang teman, saya menanyakan sebuah pertanyaan kenapa kepadanya dan dia menjawab kalau dia tidak tahu. Pertanyaan berkisar pada rasa dan saya bertanya kenapa dia merasa seperti itu. Dia menjawab tidak tahu, dia hanya merasa.
Saya memandangnya dan mengatakan, "Bukankah itu jawaban terindah yang bisa kamu berikan padaku?” Kami berdua tersenyum. Kami berdua tahu bahwa itu benar adanya.
Kadang pertanyaan-pertanyaan terpenting dalam hidup harus memiliki "saya tidak tahu" sebagai jawabannya. Kenapa kamu menyayangi orang itu? Saya tidak tahu. Saya hanya tahu saya menyayanginya. Kenapa kamu memilih melakukan ini, bukan itu? Saya tidak tahu. Karena saya mau. Bagaimana kamu dapat menjadi demikian bahagia? Saya tidak tahu. Saya hanya merasa bahagia. Di sini. Di dalam. Apakah kita memang harus tahu alasannya?
Menilik ke berbagai kejadian baru-baru ini, saya telah menggunakan jawaban "saya tidak tahu" dalam beragam kesempatan. Saya telah memutuskan melakukan banyak—termasuk di antaranya keputusan-keputusan yang cukup penting—tanpa benar-benar mengetahui alasan logis di baliknya.
Untuk beberapa hal, bahkan saya berpikir untuk bertanya atau mempertanyakan pun tidak, sampai ada orang lain yang menanyakannya kepada saya. Setelah itu pun, saya tetap pada jawaban saya bahwa "saya tidak tahu."
Saya tidak keberatan untuk tidak tahu. Karena saya tahu Kamu tahu. Dan saya percaya Kamu.
Anda tidak bisa membayangkan betapa jauh saya telah berjalan untuk sampai pada tahap ketidaktahuan ini. Untuk tahu bahwa saya tidak tahu dan tidak merasa keberatan untuk tak mengetahui. Bahkan, saya menyambutnya dengan sepenuh hati. Kenapa begitu? Saya tidak tahu.
Friday, July 11, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
ouch. aduh. tiba-tiba terharu. kenapa? saya tidak tahu. terharu saja.
*peluk*
Ada salam dari Roald Dahl, Han.
Dari semua koleksi foto, cerita dan tips hidup, penjaga museum dan toko suvenirnya, serta dari anak-anak SD setempat yang sedang berkunjung ke sana dan dengan antusias mencoba semua permainan yang ada.
Menyenangkan sekali :)
PS: Dan dari salah satu anjingnya Roald Dahl yang bernama Eva. (Seriusss!!!!) Gile, I didn't know I was Mr. Dahl's bitch :p
Post a Comment