[English]
Baru-baru ini saya bepergian ke luar kota. Sepanjang perjalanan, saya menggunakan angkutan umum untuk pergi kemana pun saya ingin pergi. Saya sama sekali tidak keberatan. Bahkan, saya menikmatinya.
Hingga malam terakhir saya di kota itu, saya hendak bertemu dengan seorang teman di tempat yang tidak terjangkau oleh angkutan umum saya. Jadi saya memutuskan untuk menggunakan taksi, mungkin karena terbatasnya waktu, atau karena saya sudah tidak punya cukup energi lagi untuk menimbang opsi lain.
Saat saya duduk di kursi belakang taksi, saya memandang ke luar melalui jendela, menikmati pemandangan rumah, pohon, mobil, lampu, yang saya lewati. Saya menyadari kemewahan dari mengendarai taksi, sebuah kendaraan nyaman yang didedikasikan hanya untuk mengantar seorang saya kemanapun saya ingin pergi.
Kemudian saya tersadar. Saya telah menggunakan moda transportasi yang lebih umum (rame-rame) dan sederhana sepanjang perjalanan saya. Namun sebenarnya, saya selalu, selalu, selalu memiliki opsi(-opsi) lain yang lebih mewah kalau saya menginginkannya.
Seperti halnya begitu banyak aspek dalam kehidupan saya.
Fasilitas seperti Linked-in dan Facebook memungkinkan kita untuk bertaut kembali dengan teman yang telah lama hilang dari peredaran. Suatu hari, saya menunjukkan kepada seorang teman jabatan dari beberapa teman lama saya, nun jauh tinggi di tangga karir perusahaan.
Saya bilang, “Lihat deh mereka. Lihat saya. Apalah saya dibanding mereka?” Saya terdiam sejenak dan melanjutkan ucapan, “Saya seseorang yang memilih untuk tidak seperti itu.”
Saya bisa saja menjadi seperti mereka kalau saya menghendaki. Saya tahu saya punya opsi itu. Suatu opsi yang tidak saya ambil. Tepatnya, suatu opsi yang dulu pernah saya ambil, namun sekarang tidak lagi.
Pada kenyataannya, saya terberkati dengan semua pilihan yang ada di dunia ini—mungkin jauh lebih banyak dari yang dimiliki kebanyakan orang (tanpa bermaksud sombong sama sekali, sekedar bersyukur).
Pernyataan yang ditanggapi secara bijak oleh seorang teman, “Kalau demikian, gunakanlah dengan baik. Pilih opsi yang terbaik.”
Jadi saya kembalikan semua ini pada-Mu. Saya biarkan diri-Mu untuk mengambilkan keputusan buat saya. Karena saya tahu tidak ada orang lain yang dapat membuat keputusan ini untuk saya, tidak sebaik kalau Kamu melakukannya.
Terima kasih, padamu, dan, seperti biasanya, pada-Mu.
Saturday, May 03, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment